Amerika Serikat perlu memahami bahwa Sinwar, menyadari waktunya semakin sempit. Ia tidak akan menyetujui kesepakatan apapun yang tidak melibatkan penarikan pasukan secara signifikan dari Koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah. Waktu yang diminta Sinwar untuk jaminan keselamatan hidupnya dari AS dan Israel kian menipis.
Tindakan Sinwar dan Akibatnya
Sinwar saat ini bisa diibaratkan sebagai "zombie". Kekejamannya dan perannya dalam pembantaian 7 Oktober telah menentukan nasibnya. Setiap menit berlalu membawa lebih banyak kematian di pihaknya, namun ini hanya propaganda untuk memperkuat narasi yang dibangunnya.Dalam pandangan orang Palestina, ini menjadi pengorbanan dari nasionalisme mereka, peristiwa ini ditampilkan oleh jaringan berita seperti Al-Jazeera sebagai bukti penderitaan mereka kepada dunia.
Kebuntuan Sinwar dan Harapannya pada Perang
Sinwar saat ini masih bersembunyi di terowongan, berusaha memikirkan langkah berikutnya setelah upayanya untuk memperluas konflik di medan perang tidak membuahkan hasil. Peluang yang ada tidak mendukungnya, dan ia menyadari bahwa waktunya kian habis.Meskipun hingga saat ini ia belum menunjukkan fleksibilitas, keadaan yang mendesak mungkin akan memaksanya untuk berubah sikap. Sinwar berharap perang di wilayah utara akan meluas, dan jika tidak terjadi, ia mungkin terpaksa menyerah. Situasi ini membuatnya merasa frustrasi dan tidak berdaya, terutama melihat respons keras Israel, kematian rekan-rekannya, dan berkurangnya dukungan dari Iran.
Iran dan AS dan Konflik Regional
Amerika Serikat tidak tertarik pada perang besar-besaran di Timur Tengah, terutama dengan pemilihan presiden AS yang semakin dekat. Perang dengan Iran bisa mengguncang ekonomi global, menaikkan harga minyak, dan berpotensi mengubah dinamika politik di AS.
Kegagalan Hizbullah dan Potensi Perang di Lebanon
Di pihak Hizbullah, Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah menunjukkan rasa frustrasinya atas kegagalan serangan terhadap Israel baru-baru ini. Meskipun Nasrallah mengklaim serangan tersebut berhasil, kenyataannya menunjukkan bahwa ia merasa tertekan dan takut.Hizbullah untuk sementara ini menutup insiden tersebut, tetapi situasi ini bisa meledak kapan saja. Mantan Menteri Lingkungan Hidup Lebanon, Wiam Wahhab, yang merupakan sekutu dekat Hizbullah, memperingatkan bahwa jika perang pecah, Lebanon bisa berakhir seperti Gaza. Jelas bahwa semua pihak, terutama AS dan Iran, memiliki kepentingan untuk mengendalikan konflik ini agar tidak meluas.
Respons Israel terhadap Ancaman Hizbullah
Israel tidak tinggal diam ketika tentara dan warganya terus menjadi sasaran serangan dari Hizbullah di utara. Kini, setelah serangan Hizbullah yang terbaru gagal, Israel tidak dapat menunggu hingga kelompok Syiah itu melancarkan serangan berikutnya.Israel harus segera bertindak untuk mengurangi ancaman ini. Sebanyak 70.000 warga Israel kini mengungsi, menunggu untuk bisa kembali ke rumah mereka.
Penerapan Resolusi PBB
Israel menuntut penerapan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 untuk meredakan situasi. Namun, mengingat kecilnya peluang untuk mencapai solusi diplomatik yang memuaskan, ada kemungkinan nyata bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan melakukan operasi militer di Lebanon dalam waktu dekat.Oleh DAVID BEN-BASAT | JPOST|



Posting Komentar