Pernyataan ini disampaikan dalam pidatonya di KTT BRICS di Rio de Janeiro dan juga dipublikasikan melalui media sosial resminya.
Lebih dari 6.000 Korban di Iran dalam Perang 12 Hari dengan Israel!
Araghchi menyebut serangan Israel sebagai bentuk pelanggaran nyata terhadap Piagam PBB. Terkhususnya Pasal 2 Ayat 4, yang melarang penggunaan kekuatan militer terhadap integritas wilayah negara lain.Ia juga menegaskan bahwa infrastruktur penting, area permukiman warga sipil, hingga fasilitas nuklir Iran mengalami kerusakan berat akibat serangan tersebut.
Jumlah ini diperkirakan terus bertambah karena sebagian korban mengalami luka serius. Beberapa wilayah terdampak masih sulit dijangkau oleh tim medis dan bantuan kemanusiaan.
Sebagai balasan, Iran juga melancarkan serangan ke wilayah Israel. Selama 12 hari, kedua negara saling melancarkan serangan udara dan rudal, menciptakan situasi yang sangat tegang dan penuh ketidakpastian di kawasan Timur Tengah.
Meski demikian, persepsi dunia, terutama Israel dan sekutunya, terhadap aktivitas nuklir Iran tetap menjadi sumber ketegangan geopolitik yang berulang.
Data Jumlah Korban Antara Laporan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Hossein Kermanpour, pada 25 Juni 2025 menyampaikan bahwa setidaknya 627 orang meninggal dunia, dan lebih dari 4.870 orang lainnya mengalami luka-luka dalam rentetan serangan yang dilakukan oleh Israel ke wilayah Iran.Jumlah ini diperkirakan terus bertambah karena sebagian korban mengalami luka serius. Beberapa wilayah terdampak masih sulit dijangkau oleh tim medis dan bantuan kemanusiaan.
Awal Konflik Tuduhan Program Nuklir Rahasia
Konflik bermula pada malam tanggal 13 Juni, ketika Israel meluncurkan serangan militer terhadap Iran. Pihak Israel menuduh bahwa negara tersebut sedang menjalankan program nuklir rahasia dengan tujuan militer. Tuduhan ini langsung dibantah oleh pihak Iran.Sebagai balasan, Iran juga melancarkan serangan ke wilayah Israel. Selama 12 hari, kedua negara saling melancarkan serangan udara dan rudal, menciptakan situasi yang sangat tegang dan penuh ketidakpastian di kawasan Timur Tengah.
Ringkasan Jalannya Konflik:
- 13 Juni: Israel memulai operasi militer terhadap Iran.
- 22 Juni: AS bergabung dengan melancarkan serangan sekali terhadap fasilitas nuklir Iran.
- 23 Juni: Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke Pangkalan Militer Al Udeid di Qatar, milik Amerika Serikat.
- 24 Juni: Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata, mengakhiri apa yang disebutnya sebagai "Perang 12 Hari".
Bantahan Iran terhadap Tuduhan Nuklir Militer
Pemerintah Iran secara tegas membantah tuduhan bahwa mereka mengembangkan senjata nuklir. Menurut Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, pada 18 Juni, lembaga internasional itu tidak menemukan bukti konkret bahwa Iran memiliki program senjata nuklir aktif.Meski demikian, persepsi dunia, terutama Israel dan sekutunya, terhadap aktivitas nuklir Iran tetap menjadi sumber ketegangan geopolitik yang berulang.
Serangan terhadap Infrastruktur Vital dan Risiko Regional
Salah satu target utama dalam serangan Israel adalah kilang gas di ladang South Pars yang terletak di Kangan, provinsi Bushehr, Iran. Kilang ini merupakan bagian penting dari infrastruktur energi Iran, dan menjadi simbol kemandirian negara tersebut dalam sektor energi.Serangan ini bukan hanya menghancurkan fasilitas strategis, tetapi juga memicu krisis energi lokal serta gangguan ekonomi yang luas di kawasan tersebut.
Dampak serangan tak berhenti di sana. Area permukiman penduduk turut menjadi korban, termasuk rumah sakit, sekolah, dan bangunan tempat tinggal. Banyak warga sipil tak berdosa yang menjadi korban dari konflik militer ini, menciptakan gelombang kemarahan dan kecaman dari berbagai negara.
Dampak serangan tak berhenti di sana. Area permukiman penduduk turut menjadi korban, termasuk rumah sakit, sekolah, dan bangunan tempat tinggal. Banyak warga sipil tak berdosa yang menjadi korban dari konflik militer ini, menciptakan gelombang kemarahan dan kecaman dari berbagai negara.
Keterlibatan Amerika Serikat dan Dampak Diplomatik Global
Konflik ini menjadi semakin kompleks ketika Amerika Serikat turut bergabung, meski hanya dalam satu serangan terbatas terhadap fasilitas nuklir Iran pada malam 22 Juni.Tindakan ini menuai reaksi keras dari Iran, yang membalas dengan menargetkan Pangkalan Militer Al Udeid milik AS di Qatar dengan rudal.
Partisipasi Amerika Serikat dalam konflik ini secara tidak langsung memperkuat narasi bahwa kawasan Timur Tengah masih menjadi medan adu kekuatan global, dengan risiko besar terhadap perdamaian regional dan internasional.
Dampak dari konflik ini juga terasa di forum-forum diplomatik dunia. Negara-negara BRICS, termasuk China, Rusia, dan India, menyuarakan kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan nuklir dan menyerukan dialog damai antar pihak.
Israel, di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu, masih menuntut transparansi penuh dari Iran atas program nuklirnya. Sementara itu, Iran merasa haknya untuk mengembangkan teknologi nuklir sipil tetap sah sesuai kesepakatan internasional seperti JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action).
Harapan kini bergantung pada diplomasi global dan komitmen nyata dari semua pihak untuk menahan diri, menghormati hukum internasional, dan menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas ambisi militer atau politik.
Selama akar konflik belum diselesaikan, terutama ketidakpercayaan atas program nuklir Iran dan ancaman keamanan warga Israel, risiko pecahnya konflik baru tetap besar.
Partisipasi Amerika Serikat dalam konflik ini secara tidak langsung memperkuat narasi bahwa kawasan Timur Tengah masih menjadi medan adu kekuatan global, dengan risiko besar terhadap perdamaian regional dan internasional.
Dampak dari konflik ini juga terasa di forum-forum diplomatik dunia. Negara-negara BRICS, termasuk China, Rusia, dan India, menyuarakan kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan nuklir dan menyerukan dialog damai antar pihak.
Gencatan Senjata Perdamaian Sementara atau Senjata yang Ditunda?
Gencatan senjata yang diumumkan Presiden Donald Trump pada 23 Juni menjadi titik akhir dari fase aktif Perang 12 Hari ini. Namun, banyak pengamat internasional yang melihat kesepakatan ini sebagai perdamaian sementara. Karena akar permasalahan yakni tuduhan terhadap program nuklir Iran dan keamanan regional Israel, belum benar-benar diselesaikan.Israel, di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu, masih menuntut transparansi penuh dari Iran atas program nuklirnya. Sementara itu, Iran merasa haknya untuk mengembangkan teknologi nuklir sipil tetap sah sesuai kesepakatan internasional seperti JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action).
Tantangan Kemanusiaan dan Harapan ke Depan
Dengan lebih dari 6.000 orang menjadi korban dalam waktu kurang dari dua minggu, konflik ini menambah catatan panjang penderitaan manusia akibat konflik di Timur Tengah. Organisasi kemanusiaan menghadapi tantangan besar dalam memberikan bantuan kepada para korban. Terutama karena beberapa wilayah masih dianggap tidak aman untuk dijangkau.Harapan kini bergantung pada diplomasi global dan komitmen nyata dari semua pihak untuk menahan diri, menghormati hukum internasional, dan menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas ambisi militer atau politik.
Selama akar konflik belum diselesaikan, terutama ketidakpercayaan atas program nuklir Iran dan ancaman keamanan warga Israel, risiko pecahnya konflik baru tetap besar.



Posting Komentar