JqhSRCdUrfr1KyxYuxtPdSuGcgp6mT2tPj27Nc05

Bendera Setengah Tiang: Erdogan Umumkan Hari Berkabung Nasional untuk Haniyeh

Bendera Setengah Tiang: Erdogan Umumkan Hari Berkabung Nasional untuk Haniyeh

Ketegangan Diplomatik antara Israel dan Turki semakin meningkat. Turki menunjukkan sikap anti Israelnya dengan mengkibarkan bendera setengah tiang atas pembunuhan Ismail Haniyeh. Israel baru-baru ini memanggil Wakil Duta Besar Turki, guna memberikan teguran keras setelah kedubes Turki di Tel Aviv menurunkan bendera setengah tiang.

Langkah ini dilakukan untuk menghormati pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang dibunuh oleh Israel di Teheran. Tindakan tersebut memicu respons tajam dari Israel, yang tidak mentoleransi penghormatan terhadap seseorang yang dianggap teroris.

Pernyataan Tegas dari Israel

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa negara tidak akan menoleransi ungkapan duka cita atas kematian Haniyeh. Menurut Katz, Haniyeh bertanggung jawab atas kekejaman yang dilakukan Hamas pada tanggal 7 Oktober.

Israel tidak rela jika Turki ikut mendoakan para pembunuh bersama pengikutnya dan mereka yang melakukan kekejian hingga penyiksaan namun dianggap pahlawan. Katz menambahkan bahwa jika perwakilan kedutaan Turki ingin berduka, mereka seharusnya melakukannya di Turki bersama Erdogan, yang mendukung Hamas dan tindakan terornya.

Erdogan Tetapkan Hari Berkabung Nasional

Bendera Setengah Tiang: Erdogan Umumkan Hari Berkabung Nasional untuk Haniyeh

Presiden Turki, Tayyip Erdogan, menetapkan hari Jumat, 2 Agustus, sebagai hari berkabung nasional untuk menghormati Haniyeh. Langkah ini menunjukkan dukungan Turki terhadap Hamas, meskipun menghadapi kecaman keras dari Israel. Erdogan berpendapat bahwa pembunuhan negosiator dan ancaman terhadap diplomat tidak akan membawa perdamaian.

Erdogan menunjukkan sikap berkaki dua terhadap Israel, di satu sisi membenarkan aksi terror yang dilakukan Hamas terhadap warga Israel. Namun di sisi lain mendukung kedaulatan Israel dan bekerjasama dalam hubungan diplomatic.

Penceramah di Al-Aqsa

Selain ketegangan dengan Turki, Israel juga mengumumkan niatnya untuk mencabut izin tinggal Sheikh Ekrima Sa'id Sabri, mantan Mufti Besar Yerusalem. Sabri dituduh memimpin doa di Masjid Al-Aqsa untuk mengenang Haniyeh, yang dianggap sebagai dukungan terhadap terorisme. Polisi Israel menangkap Sabri dengan tuduhan hasutan dan dukungan teror.

Polisi Israel mengumumkan bahwa Sabri dicurigai melakukan hasutan teror dan akan diinterogasi. Selain itu, seorang pria berusia 20 tahun juga ditangkap di Kota Tua Yerusalem karena dicurigai melakukan hasutan teror selama salat di Temple Mount. 

Menteri Dalam Negeri Israel, Moshe Arbel, menjelaskan bahwa tindakan Sabri melanggar undang-undang Masuk ke Israel, yang memungkinkan pencabutan izin tinggal atas tindakan pelanggaran kepercayaan.

Respon dari Kementerian Luar Negeri Turki

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Oncu Keceli, menanggapi pernyataan Katz dengan mengatakan bahwa perdamaian tidak bisa dicapai dengan membunuh negosiator dan mengancam diplomat. Pernyataan ini menggarisbawahi pandangan Turki yang berbeda tentang cara mencapai perdamaian di wilayah tersebut.

Ketegangan diplomatik antara Israel dan Turki terus meningkat setelah insiden bendera setengah tiang dan pengumuman hari berkabung nasional oleh Erdogan. Tindakan Israel terhadap penceramah di Al-Aqsa dan respons keras dari kedua belah pihak menunjukkan kerenggangan hubungan diplomatik kedua negara tersebut. Apakan Turki berani memutus hubungan diplomatiknya terhadap Israel? 


|HAARETZ|

Posting Komentar