Selama puluhan tahun, Misi Seumur Hidup Netanyahu Kini Menjadi Nyata. Ia telah menjadikan Iran sebagai musuh utama yang harus dihancurkan. Dalam berbagai pidato dan kesempatan, Netanyahu menggambarkan ancaman Iran sebagai bentuk ancaman eksistensial bagi negara Yahudi.
Ia bahkan kerap mengulang retorika dramatis seperti tahun ini adalah 1938, dan Iran adalah Jerman. Bangsa Yahudi tidak akan membiarkan Holocaust kedua terjadi.
Misi Seumur Hidup Netanyahu yang Kini Menjadi Nyata
Pesan itu ia sampaikan tak hanya kepada rakyatnya, tetapi juga kepada para Presiden Amerika Serikat dari waktu ke waktu. Netanyahu bahkan pernah mempresentasikan gambar kartun bom di PBB, memperingatkan bahaya ambisi nuklir Iran yang ia sebut sebagai solusi final zaman modern.Namun, hingga bertahun-tahun lamanya, banyak pihak melihat Netanyahu sebagai alarmis, seorang yang melebih-lebihkan ancaman tanpa tindakan nyata. Namun, semua berubah pada Jumat, 13 Juni 2025.
Di malam harinya, balasan dari Iran datang tak kalah mengguncang. Ratusan rudal menghujani Tel Aviv dan sekitarnya. Perang bom, drone, dan misil pun terus berlanjut hingga kini, menewaskan lebih dari 260 warga sipil di Iran dan sedikitnya 24 orang di Israel.
Namun bagi Netanyahu dan para pendukungnya, momen ini adalah pembuktian. Ia berusaha memperbaiki reputasinya yang tercoreng sejak tragedi 7 Oktober 2023. Ketika Hamas menyerang Israel dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera 250 lainnya ke Gaza.
Serangan Tiba-Tiba Israel Bombardir Iran di Tengah Malam
Pukul 3 pagi waktu setempat, warga Israel dikejutkan oleh peringatan darurat dari Komando Pertahanan Dalam Negeri. Tak lama berselang, militer Israel telah meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, sistem pertahanan udara, serta menargetkan ilmuwan dan petinggi militer Iran.Di malam harinya, balasan dari Iran datang tak kalah mengguncang. Ratusan rudal menghujani Tel Aviv dan sekitarnya. Perang bom, drone, dan misil pun terus berlanjut hingga kini, menewaskan lebih dari 260 warga sipil di Iran dan sedikitnya 24 orang di Israel.
Namun bagi Netanyahu dan para pendukungnya, momen ini adalah pembuktian. Ia berusaha memperbaiki reputasinya yang tercoreng sejak tragedi 7 Oktober 2023. Ketika Hamas menyerang Israel dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera 250 lainnya ke Gaza.
Saat itu, Netanyahu dianggap lalai karena mengabaikan peringatan intelijen dan malah sibuk mendorong agenda politik otoriternya.
Banyak pihak internasional melihat Netanyahu sebagai sosok yang bertanggung jawab atas jatuhnya ribuan korban jiwa. Di dalam negeri pun, sentimen anti-perang mulai tumbuh, terutama sejak ia memutuskan untuk melanggar gencatan senjata pada 18 Maret.
Namun, menyerang Iran ternyata mendapat dukungan luas dari warga Israel. Sebuah jajak pendapat dari Israel Democracy Institute menunjukkan bahwa 82% warga Yahudi, termasuk 57% dari kalangan kiri, mendukung keputusan untuk menyerang Iran. Sementara itu, hanya 11% warga Arab-Israel yang menyetujui serangan ini.
Perang Gaza Tak Menyelamatkan Reputasi Netanyahu
Perang melawan Hamas di Gaza, meski telah menewaskan lebih dari 55.000 warga Palestina, dinilai gagal memenuhi janji kemenangan total yang digembar-gemborkan Netanyahu. Hamas memang mengalami kerugian besar, tetapi mereka tetap berkuasa. Bahkan, 53 warga Israel masih disandera, dan hanya 20 yang diyakini masih hidup.Banyak pihak internasional melihat Netanyahu sebagai sosok yang bertanggung jawab atas jatuhnya ribuan korban jiwa. Di dalam negeri pun, sentimen anti-perang mulai tumbuh, terutama sejak ia memutuskan untuk melanggar gencatan senjata pada 18 Maret.
Namun, menyerang Iran ternyata mendapat dukungan luas dari warga Israel. Sebuah jajak pendapat dari Israel Democracy Institute menunjukkan bahwa 82% warga Yahudi, termasuk 57% dari kalangan kiri, mendukung keputusan untuk menyerang Iran. Sementara itu, hanya 11% warga Arab-Israel yang menyetujui serangan ini.
Iran Adalah Musuh Abadi dalam Imajinasi Israel
Bagi banyak warga Israel, Iran telah lama menjadi sosok antagonis yang paling menakutkan. Sejak revolusi Islam tahun 1979, rezim Teheran secara konsisten menyerukan kehancuran rezim Zionis.Iran juga membangun aliansi militer regional yang dikenal sebagai cincin api. Ini terdiri dari kelompok-kelompok bersenjata seperti Hizbullah di Lebanon, milisi di Suriah, dan tentu saja Hamas di Gaza.
Strategi Iran selama ini adalah melemahkan Israel melalui tekanan dari berbagai arah, baik lewat invasi lintas perbatasan maupun serangan presisi dengan rudal.
Strategi Iran selama ini adalah melemahkan Israel melalui tekanan dari berbagai arah, baik lewat invasi lintas perbatasan maupun serangan presisi dengan rudal.
Namun, pada 7 Oktober 2023, hanya Hamas yang bertindak, dan itu memberi Israel peluang strategis untuk menyusun ulang kekuatan dan menyerang musuh-musuhnya satu per satu.
Langit Teheran kini terbuka lebar bagi pesawat tempur Israel, sebagaimana yang terjadi di Gaza. Dalam konteks inilah, muncul tekanan dari dalam negeri dan elite militer agar Netanyahu menjalankan misinya selama ini yaitu menyerang langsung jantung kekuatan Iran.
Runtuhnya Cincin Api dan Peluang Menyerang Iran
Menjelang akhir 2024, skema cincin api tersebut mulai runtuh. Israel berhasil memukul mundur Hizbullah dan menewaskan pemimpinnya, Hassan Nasrallah. Mereka juga menghancurkan pertahanan udara Iran dan menyaksikan rezim Assad di Suriah, sekutu tertua Iran di kawasan runtuh seketika.Langit Teheran kini terbuka lebar bagi pesawat tempur Israel, sebagaimana yang terjadi di Gaza. Dalam konteks inilah, muncul tekanan dari dalam negeri dan elite militer agar Netanyahu menjalankan misinya selama ini yaitu menyerang langsung jantung kekuatan Iran.
Bahkan, Naftali Bennett, mantan perdana menteri sekaligus rival politiknya, ikut mendorong serangan ke Iran.
Walau awalnya ragu, Trump memberi tenggat 60 hari kepada Iran untuk kembali ke meja perundingan. Ketika tenggat waktu itu berlalu tanpa hasil, Netanyahu pun langsung menginstruksikan serangan.
Trump Kembali, Netanyahu Dapat Restu
Namun, yang menjadi pemicu utama adalah kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Netanyahu yakin, ini adalah kesempatan emas untuk memperoleh lampu hijau. Selama ini tidak mendapat izin dari presiden-presiden sebelumnya, untuk menyerang fasilitas nuklir bawah tanah Iran seperti Natanz dan Fordow.Walau awalnya ragu, Trump memberi tenggat 60 hari kepada Iran untuk kembali ke meja perundingan. Ketika tenggat waktu itu berlalu tanpa hasil, Netanyahu pun langsung menginstruksikan serangan.
Bagi Netanyahu, dukungan terbuka meskipun setengah hati dari Trump adalah pencapaian diplomatik terbesar dalam karier politiknya.
Meski rakyat Israel masih harus bersembunyi di tempat perlindungan berkali-kali dalam sehari, semangat di kalangan militer dan elite politik melonjak. Mereka berharap akan ada intervensi langsung AS untuk menghancurkan fasilitas nuklir bawah tanah Iran. Mereka bahkan mengharapkan rezim Ayatollah Ali Khamenei digulingkan.
Namun sejarah memberi peringatan, kemenangan awal bisa berujung bencana. Netanyahu, veteran pasukan khusus yang pernah bertugas setelah Perang Enam Hari, seharusnya tahu bahwa kesombongan bisa berujung pada kelengahan. Seperti yang terjadi saat Mesir dan Suriah membalas dalam Perang Yom Kippur 1973.
Publik Israel Gembira dan Trauma Bercampur
Di mata banyak orang Israel, keberhasilan serangan pertama ke Iran mengingatkan mereka pada kemenangan militer terbesar negara itu. pada Perang Enam Hari tahun 1967. Analis Amerika menyebut Israel kini menjadi penguasa baru kawasan Timur Tengah.Meski rakyat Israel masih harus bersembunyi di tempat perlindungan berkali-kali dalam sehari, semangat di kalangan militer dan elite politik melonjak. Mereka berharap akan ada intervensi langsung AS untuk menghancurkan fasilitas nuklir bawah tanah Iran. Mereka bahkan mengharapkan rezim Ayatollah Ali Khamenei digulingkan.
Namun sejarah memberi peringatan, kemenangan awal bisa berujung bencana. Netanyahu, veteran pasukan khusus yang pernah bertugas setelah Perang Enam Hari, seharusnya tahu bahwa kesombongan bisa berujung pada kelengahan. Seperti yang terjadi saat Mesir dan Suriah membalas dalam Perang Yom Kippur 1973.
Tuduhan Manipulasi Politik dan Citra Palsu
Meski serangan ini memperkuat citra Netanyahu sebagai penyelamat bangsa, banyak pihak menduga bahwa aksinya bermotif politik. Persidangannya atas tuduhan korupsi kini tertunda. Kisah sandera 7 Oktober juga perlahan-lahan lenyap dari layar utama berita.Namun Netanyahu tetap menunjukkan sikap yang tidak bersahabat pada lawan politiknya. Ia bahkan menyebut biaya pribadi perang sebagai alasan menunda pernikahan anaknya. Pernyataan ini dinilai oleh publik sebagai tidak peka terhadap penderitaan rakyat.
Menurut survei Channel 13, 64% warga Israel percaya bahwa Netanyahu benar-benar ingin menghancurkan program nuklir Iran. Namun hanya 28% yang menganggap tindakannya didorong oleh motif politik.
Meski begitu, tingkat kepercayaan terhadap koalisi pemerintahannya tetap rendah, dan dukungan terhadap partainya tidak otomatis meningkat.
Misi Seumur Hidup Belum Selesai
Misi Seumur Hidup Netanyahu Kini Menjadi Nyata. Serangan ke Iran memang memberi Netanyahu ruang bernapas dari tekanan politik dan sorotan publik.Namun, untuk benar-benar memperbaiki warisannya yang ternoda oleh kegagalan 7 Oktober dan konflik berkepanjangan di Gaza, lebih dari sekadar serangan bom dibutuhkan.
Rakyat Israel sempat terhipnotis oleh keberhasilan awal. Namun mereka tahu bahwa perang yang berkepanjangan, terutama antara dua kota besar seperti Tel Aviv dan Teheran, akan membawa kehancuran luas.
Rakyat Israel sempat terhipnotis oleh keberhasilan awal. Namun mereka tahu bahwa perang yang berkepanjangan, terutama antara dua kota besar seperti Tel Aviv dan Teheran, akan membawa kehancuran luas.
Masa depan Netanyahu, seperti juga masa depan kawasan ini, masih penuh ketidakpastian.


.jpg)
.jpg)
Posting Komentar