25 Negara Desak Israel Akhiri Perang di Gaza
Setelah lebih dari 21 bulan konflik, situasi kemanusiaan di Gaza dinilai kian memburuk, dengan lebih dari dua juta warga Palestina kini hidup dalam kondisi yang sangat terbatas. Negara-negara tersebut menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata yang dinegosiasikan.Pembebasan para sandera yang ditahan oleh kelompok Palestina dan Israel serta dibukanya jalur bantuan kemanusiaan secara penuh dan aman.
Distribusi bantuan secara tetes demi tetes ini bukan solusi, justru mempermalukan martabat kemanusiaan warga Palestina, tulis pernyataan tersebut.
Mereka menambahkan bahwa sejak Israel sedikit melonggarkan blokade total selama dua bulan terakhir, sudah 875 orang tewas saat mencoba mendapatkan bantuan makanan. Data ini berasal dari PBB dan Kementerian Kesehatan Gaza.
Kritik terhadap Model Distribusi Bantuan Israel
Negara-negara pendukung pernyataan itu juga mengecam keras model distribusi bantuan yang diterapkan pemerintah Israel. Menurut mereka, pendekatan tersebut tidak hanya tidak efektif, tetapi juga memperparah penderitaan warga Gaza.Distribusi bantuan secara tetes demi tetes ini bukan solusi, justru mempermalukan martabat kemanusiaan warga Palestina, tulis pernyataan tersebut.
Mereka menambahkan bahwa sejak Israel sedikit melonggarkan blokade total selama dua bulan terakhir, sudah 875 orang tewas saat mencoba mendapatkan bantuan makanan. Data ini berasal dari PBB dan Kementerian Kesehatan Gaza.
Pelanggaran Hukum Humaniter Internasional
Dalam pernyataannya, negara-negara penandatangan juga menegaskan bahwa penolakan Israel terhadap bantuan penting bagi warga sipil tidak dapat diterima. Mereka mendesak agar Israel mematuhi hukum humaniter internasional.Menghentikan praktik-praktik yang memperparah penderitaan rakyat sipil, terutama perempuan dan anak-anak.
Model distribusi bantuan yang diterapkan Israel sangat berbahaya, memperburuk ketidakstabilan, dan menghilangkan martabat hidup warga Gaza, ujar mereka.
Tidak ada solusi militer untuk konflik ini. Gencatan senjata berikutnya harus menjadi yang terakhir, tegas Lammy.
Negara-negara seperti Selandia Baru, Jepang, dan sejumlah anggota Uni Eropa kini ikut menyuarakan pentingnya solusi damai yang berkelanjutan di kawasan Timur Tengah.
Model distribusi bantuan yang diterapkan Israel sangat berbahaya, memperburuk ketidakstabilan, dan menghilangkan martabat hidup warga Gaza, ujar mereka.
Dukungan Politik Global dan Seruan Gencatan Senjata Permanen
Pernyataan ini juga menunjukkan pergeseran sikap global, termasuk dari negara-negara yang sebelumnya cenderung lebih netral. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, berbicara di hadapan parlemen dan menyampaikan terima kasih kepada Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir atas upaya diplomatik mereka. Ia menekankan pentingnya gencatan senjata yang tidak bersifat sementara.Tidak ada solusi militer untuk konflik ini. Gencatan senjata berikutnya harus menjadi yang terakhir, tegas Lammy.
Negara-negara seperti Selandia Baru, Jepang, dan sejumlah anggota Uni Eropa kini ikut menyuarakan pentingnya solusi damai yang berkelanjutan di kawasan Timur Tengah.
Latar Belakang Konflik dan Dampak yang Menghancurkan
Konflik kembali memanas sejak serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sedikitnya 1.129 orang dan menyandera 251 lainnya. Saat ini, sekitar 50 orang masih ditahan di Gaza, meski sebagian besar diduga telah meninggal dunia.Sebagai tanggapan, Israel melancarkan ofensif besar-besaran ke Gaza yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza telah menewaskan lebih dari 59.000 warga Palestina. Serangan ini juga membuat sebagian besar infrastruktur di Gaza luluh lantak dan penduduk hidup dalam ketakutan.
Situasi di Gaza Antara Kelaparan dan Kehilangan Harapan
Foto-foto dan laporan dari lapangan menunjukkan kenyataan yang memilukan. Warga Gaza yang kelaparan berjuang mendapatkan makanan dan air bersih di tengah reruntuhan bangunan dan suara ledakan.Di Nuseirat, Gaza tengah, ribuan orang antre bantuan pangan yang terbatas sambil menghindari serangan militer.
Banyak dari mereka rela mempertaruhkan nyawa hanya demi sebotol air atau sebungkus roti. Anak-anak dan lansia menjadi korban paling rentan, terjebak dalam situasi yang tak mereka pahami, apalagi pilih.
PBB bahkan menyatakan bahwa bencana kelaparan massal di Gaza bisa menjadi tak terelakkan jika bantuan kemanusiaan tidak segera masuk dalam jumlah besar dan terkoordinasi.
Banyak dari mereka rela mempertaruhkan nyawa hanya demi sebotol air atau sebungkus roti. Anak-anak dan lansia menjadi korban paling rentan, terjebak dalam situasi yang tak mereka pahami, apalagi pilih.
PBB bahkan menyatakan bahwa bencana kelaparan massal di Gaza bisa menjadi tak terelakkan jika bantuan kemanusiaan tidak segera masuk dalam jumlah besar dan terkoordinasi.
Israel Didesak Bertanggung Jawab atas Krisis Kemanusiaan
25 Negara Desak Israel Akhiri Perang di Gaza, merupakan tekanan internasional dan ini bukan hanya sekadar kecaman moral, melainkan tuntutan konkret agar Israel mengubah pendekatan militernya. Israel harus menghentikan blokade terhadap wilayah Gaza.Pemerintah-pemerintah dunia menuntut Israel membuka akses penuh terhadap pengiriman bantuan dan memastikan keselamatan bagi para petugas kemanusiaan.
Beberapa negara bahkan mulai mempertimbangkan langkah politik dan diplomatik lanjutan terhadap Israel. Termasuk sanksi atau pembekuan kerja sama, jika Israel tetap melanjutkan tindakan militer tanpa mempertimbangkan aspek kemanusiaan.
Tekanan global dan suara solidaritas dari seluruh dunia yang semakin menguat memberi harapan baru bagi warga Gaza dan dunia bahwa tragedi ini tidak akan berlangsung tanpa batas.
Beberapa negara bahkan mulai mempertimbangkan langkah politik dan diplomatik lanjutan terhadap Israel. Termasuk sanksi atau pembekuan kerja sama, jika Israel tetap melanjutkan tindakan militer tanpa mempertimbangkan aspek kemanusiaan.
Tekanan global dan suara solidaritas dari seluruh dunia yang semakin menguat memberi harapan baru bagi warga Gaza dan dunia bahwa tragedi ini tidak akan berlangsung tanpa batas.



Posting Komentar