JqhSRCdUrfr1KyxYuxtPdSuGcgp6mT2tPj27Nc05

Ternyata Iran Tidak Berani Hadapi Perang Panjang dengan Israel

Ternyata Iran Tidak Berani Hadapi Perang Panjang dengan Israel

Pendiri Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mohsen Sazegara mengatakan, Iran tidak berani dan mampu untuk mempertahankan perang jangka panjang dengan Israel. Bahkan, Iran telah meminta bantuan Amerika Serikat untuk campur tangan guna mencegah kemungkinan pembalasan besar-besaran dari Israel jika terjadi serangan dari Iran. 

Iran Tidak Berani Hadapi Perang Panjang dengan Israel

Permintaan ini mencerminkan kekhawatiran Iran terhadap konsekuensi serius yang mungkin terjadi jika konflik dengan Israel terus berlanjut.

Peran dan Pengaruh Garda Revolusi Iran

Garda Revolusi Islam (IRGC) didirikan segera setelah Revolusi Iran pada tahun 1979 dengan tujuan melindungi pendirian Republik Islam Iran dan memastikan kendali agama tetap terjaga. IRGC juga bertindak sebagai penyeimbang terhadap Angkatan Darat Iran, yang pada saat itu banyak perwiranya masih setia kepada Shah Iran yang telah digulingkan.

Seiring waktu, pengaruh IRGC telah menyebar secara global, dan mereka dianggap sebagai salah satu sponsor utama terorisme Islam internasional. Amerika Serikat bahkan telah menetapkan IRGC sebagai organisasi teroris.

Tantangan Internal di Iran dan Keterlibatan Sazegara

Setelah meninggalkan Iran lebih dari dua dekade lalu, Sazegara kini tinggal di Amerika Serikat. Dalam wawancara eksklusif dengan The Jerusalem Post, ia membahas berbagai masalah internal yang dihadapi oleh Republik Islam, termasuk tantangan yang dihadapi oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei.

Sazegara menjelaskan bahwa Iran tidak mampu untuk berperang lama dengan Israel, dan permintaan kepada Amerika Serikat untuk menekan Israel agar tidak melakukan pembalasan menunjukkan kelemahan strategis yang dialami Iran.

Pandangan Sazegara tentang Konflik Iran-Israel

Dalam wawancara yang mendalam dengan The Jerusalem Post, Sazegara, yang pernah menjadi revolusioner dan seorang politisi, menceritakan perannya dalam Revolusi Iran 1979 dan hubungan dekatnya dengan Ayatollah Khomeini.

Ia juga menjelaskan bagaimana pandangan politiknya telah berubah terhadap poros Negara-Agama yang mendominasi Republik Islam Iran, hingga akhirnya ia dilarang mengikuti pemilihan presiden Iran tahun 2001.

Sazegara pernah menjabat sebagai direktur utama Radio Nasional Iran antara tahun 1979–1981, sebelum kemudian memegang berbagai posisi politik penting selama dekade 1980-an. Dalam konteks konflik yang semakin memanas antara Israel dan Iran, ia mengungkapkan bahwa Iran telah berusaha untuk bernegosiasi secara diam-diam dengan Amerika Serikat dan meminta pemerintahan Biden untuk menekan Israel agar tidak melakukan pembalasan besar-besaran jika Iran menyerang.

Tantangan yang Dihadapi Khamenei

Sazegara menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi oleh Khamenei jika ingin menyerang Israel. Pertama, serangan terbatas dapat memicu pembalasan yang signifikan dari Israel, yang bisa mengakibatkan kekalahan besar bagi angkatan bersenjata Iran dan mengancam kekuasaan Khamenei.

Kedua, ekonomi Iran yang rapuh, dengan masalah produksi energi, inflasi, pengangguran, dan pemogokan harian, membuat kondisi semakin sulit untuk memulai perang.

Ketiga, Khamenei kekurangan dukungan dari rakyat Iran untuk melancarkan perang dengan Israel, yang sebagian besar penduduknya menentang konflik tersebut.

Peran Diplomatik dan Propaganda Iran

Tiga pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa hanya kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang dapat mencegah Iran dari melakukan pembalasan langsung terhadap Israel atas pembunuhan Haniyeh.

Upaya diplomatik telah dilakukan secara intensif untuk meredakan situasi. Sazegara menyatakan bahwa propaganda di Iran akan menyebut bahwa "Israel sebenarnya takut kepada kami dan menerima gencatan senjata" jika kesepakatan tercapai.

Jika negosiasi antara Israel dan Hamas gagal dan tidak ada gencatan senjata, Sazegara memperkirakan bahwa Khamenei mungkin mempertimbangkan untuk menggunakan kelompok proxy Iran untuk menyerang Israel sebagai bentuk pembalasan. Bagaimanapun juga, keputusan Khamenei akan sangat dipengaruhi oleh tekanan internal dan eksternal yang dihadapi Iran.

Peran IRGC dalam Politik dan Keamanan Iran

Ternyata Iran Tidak Berani Hadapi Perang Panjang dengan Israel

Selain sebagai alat pertahanan negara, Garda Revolusi Iran (IRGC) telah memainkan peran penting dalam politik dan keamanan Iran. Sebagai pendiri IRGC, Sazegara memahami bagaimana organisasi ini berkembang dari sekadar kelompok militer menjadi kekuatan politik yang signifikan.

IRGC tidak hanya berperan dalam menjaga stabilitas internal Iran, tetapi juga dalam mengekspor pengaruh Iran ke berbagai negara melalui dukungan terhadap kelompok-kelompok militan di wilayah Timur Tengah.

Transformasi Pandangan Politik Sazegara

Sazegara menjelaskan bagaimana pandangan politiknya berubah setelah terlibat langsung dalam pemerintahan pasca-revolusi. Sebagai seseorang yang dulu dekat dengan Ayatollah Khomeini, Sazegara akhirnya mengkritik poros Negara-Agama yang mendominasi Iran.

Pandangannya yang kritis ini membuatnya dijauhkan dari panggung politik Iran, termasuk dilarangnya dia untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2001.

Dampak dari Potensi Kekalahan Militer

Jika Iran mengalami kekalahan militer dalam konflik dengan Israel, dampaknya bisa sangat menghancurkan bagi pemerintah Iran. Sejarah menunjukkan bahwa kekalahan militer sering kali memicu ketidakstabilan politik di negara-negara yang mengalami kekalahan tersebut. Hal ini juga dapat mempengaruhi loyalitas angkatan bersenjata Iran, yang pada gilirannya dapat mengancam kekuasaan Khamenei.

Kesimpulan dari Wawancara Eksklusif

Wawancara eksklusif dengan Mohsen Sazegara memberikan wawasan mendalam tentang situasi politik dan militer di Iran, serta tantangan yang dihadapi oleh Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei. Dengan ekonomi yang rapuh, dukungan publik yang minim, dan risiko kekalahan militer yang besar, Iran berada dalam posisi yang sangat sulit untuk memulai atau mempertahankan perang jangka panjang dengan Israel.

Sazegara menyarankan bahwa diplomasi dan de-eskalasi mungkin menjadi pilihan terbaik bagi Iran dalam situasi saat ini, meskipun hal ini juga memerlukan kompromi yang sulit di pihak pemerintah Iran.

Poin Utama yang Dapat Dipetik dari Wawancara:
  • Iran tidak dalam posisi kuat untuk berperang jangka panjang dengan Israel.
  • Permintaan Iran kepada AS untuk campur tangan menunjukkan kelemahan strategisnya.
  • Ekonomi Iran yang rapuh dan ketidakpuasan publik memperumit keputusan untuk memulai perang.
  • Kekalahan militer dapat memiliki dampak besar terhadap stabilitas politik di Iran.
  • Khamenei mungkin akan menggunakan kelompok proxy untuk menghindari konfrontasi langsung, tetapi ini juga penuh risiko.
Wawancara penuh dengan Mohsen Sazegara akan dipublikasikan di Jerusalem Post pada hari Jumat, memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang pandangan dan analisisnya terhadap situasi di Timur Tengah dan masa depan Iran.


|JPOST|

Posting Komentar